LANGUAGE

Cari artikel

Hutan Kering Tropis: Rapuh tapi Penting

ID
5 menit baca
Hutan kering tropis menyimpan karbon, menjaga keanekaragaman hayati, dan menopang jutaan hidup namun hilang lebih cepat daripada hutan hujan.
Moratorium analysis with concessions indicated courtesy of Greenpeace

*Bagian pertama dari seri tiga tulisan membahas peran vital hutan kering tropis

Dalam perdebatan konservasi global, hutan kering tropis (tropical dry forest – TDF) kerap luput dari sorotan, tenggelam di balik pesona hutan hujan yang rimbun. Padahal, ekosistem luas dan tangguh ini menjadi fondasi tak terlihat bagi keanekaragaman hayati dunia sekaligus penopang hidup ratusan juta orang.

Mencakup hampir setengah dari seluruh hutan tropis dan subtropis, hutan kering tropis bukan sekadar “versi kering” dari hutan hujan. Ia adalah bioma yang benar-benar berbeda—ditandai oleh ekologi ekstrem dan keterikatan erat dengan masyarakat setempat. Memahami nilainya adalah langkah pertama untuk mencegah keruntuhan senyap yang kini berlangsung begitu cepat.

Ekologi ekstrem

Ciri utama hutan kering tropis bukanlah miskin kehidupan, melainkan kehidupan yang menyesuaikan diri dengan musim. Bioma ini banyak dijumpai di wilayah dengan kemarau panjang tiga hingga delapan bulan dan curah hujan tahunan hanya 250–2.000 mm. Pola iklim tersebut membuat hutan kering tropis tersebar luas di berbagai belahan dunia: dari Gran Chaco di Amerika Selatan, Miombo woodlands di Afrika, hingga hutan gugur di India dan Asia Tenggara.

Land clearing on peatland, Indonesia. Photo by Ryan Woo/CIFOR
Land clearing on peatland, Indonesia. Photo by Ryan Woo/CIFOR

Untuk bertahan, kehidupan di dalamnya berevolusi dengan adaptasi luar biasa. Pohon-pohon, misalnya, menggugurkan daun secara musiman demi menghemat air. Saat itu terjadi, hutan yang semula rimbun hijau seketika berubah menjadi bentang alam yang tampak gersang.

Di balik permukaan, tumbuhan menyimpan air lewat akar dan batang yang membesar, sementara daunnya berlapis lilin untuk menahan penguapan. Hewan pun tak kalah cerdik: serangga dan amfibi bersembunyi dalam estivasi, monyet dan burung bergerak ke sungai yang selalu basah. Begitu hujan turun, jam ekologi berputar: serangga muncul, pepohonan bermekaran, dan seluruh ekosistem kembali hidup.

Comparison of tropical humid forests and tropical dry forests: rainforests have year-round rainfall, dense evergreen canopies, highest species richness and more funding; dry forests face long dry seasons, open deciduous canopies, high endemism, critical livelihood roles, greater deforestation pressure and chronic underfunding.
Table 1: Profil komparatif bioma hutan tropis (lembap vs. kering)

Hutan kering tropis menyimpan keanekaragaman hayati dan endemisme yang luar biasa. Meski jumlah spesiesnya lebih sedikit dibanding hutan hujan, bioma ini tetap jadi rumah bagi satwa besar langka seperti jaguar, lemur, jerapah, pygmy skunk, dan komodo. Lebih menakjubkan lagi, ribuan spesies unik yang tak ada di tempat lain hanya hidup di sini. Studi di Amerika mencatat hampir 7.000 spesies pohon dan semak, dengan endemisme mencapai 73% di hutan kering Meksiko. Maka, saat hutan ini rusak, yang hilang bukan sekadar pepohonan, melainkan warisan evolusi tak tergantikan.

Adaptasi yang membuat hutan kering tropis tahan di iklim keras justru berubah jadi kelemahan di era ulah manusia. Mekanisme alaminya — dari menggugurkan daun hingga berbunga serempak — bergantung pada musim yang stabil. Kini perubahan iklim mengacaukan ritme itu: hujan tak menentu, kemarau makin panjang dan ganas. Akibatnya, jaring makanan runtuh, dan ekosistem yang dulu tangguh kini rapuh di tengah kekacauan iklim.

Ikatan manusia dan hutan: Penopang hidup jutaan orang

Peran ekologis hutan kering tropis sejalan dengan signifikansinya bagi manusia. Ratusan juta orang bergantung langsung pada hutan ini, yang bagi sebagian menjadi satu-satunya penopang agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan.

Hutan kering tropis berfungsi sebagai penopang kehidupan, menyediakan sumber daya penting bagi kebutuhan rumah tangga sekaligus menggerakkan roda perekonomian lokal:

  • Food security:Di wilayah rawan gagal panen, hutan kering tropis menjadi lumbung gizi yang bisa diandalkan. Buah liar, kacang-kacangan, sayuran hutan, serangga, hingga daging satwa liar melengkapi kebutuhan pangan dan menjadi jaring pengaman terjadi gagal panen.

  • Energi: Bagi sekitar 2,4 miliar orang di negara-negara berkembang, kayu bakar dari hutan kering tropis menjadi sumber utama untuk memasak. Di banyak wilayah Sub-Sahara, kayu bakar bahkan memenuhi hingga 75% kebutuhan energi masyarakat.

  • Ekonomi: Produk hutan non-kayu seperti madu, lilin lebah, tumbuhan obat, getah, dan damar membuka peluang penghasilan bagi masyarakat. Di Burkina Faso, mentega shea dari hutan kering tropis menjadi komoditas ekspor terbesar ketiga, sementara di Etiopia, getah dan damar menjadi penyokong ekonomi pedesaan kedua terpenting setelah ternak.

Land clearing on peatland, Indonesia. Photo by Ryan Woo/CIFOR
Moratorium analysis with concessions indicated courtesy of Greenpeace

Peran paling vital hutan kering tropis adalah sebagai jaring pengaman. Saat kekeringan, banjir, atau konflik melanda, hutan menyediakan sumber daya cadangan yang menjaga keluarga dari kemiskinan. Keluarga kurang mampu, terutama perempuan, sangat bergantung pada perdagangan produk hutan non-kayu sebagai sumber penghasilan di masa krisis.

Namun, tanpa hak lahan yang jelas, mata pencaharian alternatif, dan tata kelola yang mendukung, ketergantungan ini bisa berubah menjadi bumerang: kebutuhan untuk bertahan hidup mendorong eksploitasi berlebihan, merusak hutan, dan menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan deforestasi.

Jasa ekosistem dalam dunia yang dilanda krisis air

Selain menghasilkan berbagai produk langsung, hutan kering tropis juga memberi jasa ekosistem yang menopang bentang alam lebih luas. Hutan ini mengatur siklus air, menyerbuki tanaman, mendaur ulang hara, dan menyuburkan tanah — dukungan vital bagi pertanian sekitar. Di Miombo woodlands, jasa hutan ini bahkan menopang mata pencaharian lebih dari 100 juta orang.

Hutan kering tropis memainkan peran penting yang kerap terabaikan dalam siklus karbon global. Meski cadangan karbon per hektarenya lebih kecil dibanding hutan hujan, luas wilayahnya yang masif menjadikannya salah satu gudang karbon utama dunia. Sayangnya, data inventaris karbon hutan ini masih terbatas dan sering usang, sehingga menyamarkan potensi sebenarnya dalam mitigasi iklim. CIFOR-ICRAF menegaskan, metodologi yang dirancang untuk hutan hujan tidak cukup mampu mengukur aliran karbon yang dinamis di hutan kering musiman.

Dengan menopang pertanian, mata pencaharian, dan pengaturan iklim, hutan kering tropis membangun ketahanan bagi komunitas yang hidup di wilayah paling rentan terhadap dampak iklim. Kerusakan hutan ini bukan sekadar isu lingkungan, tetapi pukulan langsung terhadap kemampuan manusia untuk beradaptasi.

Moratorium analysis with concessions indicated courtesy of Greenpeace

>Bagian kedua dari tiga seri tulisan akan mengulas penyebab utama degradasi hutan kering tropis.