Mamalia berukuran sedang dan besar, seperti duiker (antelope hutan), landak, dan babi hutan, memainkan peran penting dalam ekosistem hutan hujan tropis Afrika, seperti menyebarkan biji, merumput pada vegetasi, dan memangsa hewan-hewan lain.
Namun, spesies-spesies ini juga menjadi sasaran utama pemburu.
Jika dieksploitasi secara berlebihan, ekosistem ini mengalami perubahan, dengan populasi hewan-hewan besar yang menurun dan spesies yang lebih kecil, seperti rodentia, menjadi dominan.
Berbagai indikator telah diusulkan untuk menilai perubahan ini, tetapi hanya sedikit studi yang mengujinya, sehingga keandalannya masih belum terjamin. Sebagai tanggapan, sebuah makalah terbaru membawa diskusi ini ke level berikutnya dengan menyediakan bukti konkret—mungkin untuk pertama kalinya—tentang perubahan dalam komposisi spesies dan ketahanan terhadap tekanan perburuan.
Tim peneliti di Gabon, Afrika Barat, melakukanpemantauanlapangansebagaibagiandari Program Pengelolaan Satwa Liar Berkelanjutan (SWM). Merekamemantauperubahaninidenganmenggunakanperangkapkamerasistematis dan mencatathasilperburuandaripara pemburu. Sebanyak 314 pemburudari 10 komunitas, dalamjumlahyang belumpernahterjadisebelumnya, mencatathewan dan area yang diburudalamhampir 13.000 perjalananperburuan.
Dengan membandingkankomposisisatwa liar di area perburuandengan yang ada di situs referensi yang dilindungi, timpenelitimengembangkanserangkaianindikatoruntukmenilaikondisisatwa liar yang diburu. “Pekerjaan yang dilakukan oleh timdalamjurnalsains yang diterbitkanmengonfirmasibahwaindikatorsederhanayang digunakanoleh komunitaspemburudapatmenjadialatyang efektifuntukmemantaukerusakansatwaliar di lokasiperburuanmereka,” kata Hani El Bizri, yang menyusundaftar indikatorperburuanbersamaMattia Bessone untukBasis Data PenggunaanWILDMEAT. “Denganmemanfaatkanindikator-indikatorinisertapengetahuandan keterlibatanpemburulokaldan anggotakomunitas,pemantauanmandiridapatdiperkuatsecarasignifikan.”
Dalam jurnal yang diterbitkan, dua indikatorutamaterbukti sangat penting. Pertama, rasiorodentiaterhadapungulata, yang meningkatsecarasignifikan di area dengantekananperburuantinggi, menunjukkankeberadaanspesieskecil yang lebihdominan. Kedua, rata-rata massatubuhhewanhasilperburuan, yang menurunseiringmeningkatnyatekananperburuan, mencerminkanpenurunanjumlahspesiesbesar.
“Temuaninitelahdiusulkandari data tidaklangsungsepertitinjauanliteratur,” kata Julia Fa, penuliskolaborator, ProfesorBiodiversitas dan PengembanganManusia di Universitas Manchester Metropolitansertapenelitisenior diPusat PenelitianKehutanan Internasional dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF). “Namun, studi kamiadalah yang pertamamenggunakan data empirisuntukmenunjukkanbahwapenurunanspesiesbesar yanglebihrentanmenyebabkanpeningkatanspesieskecil yanglebihtahanterhadaptekanan.”
Indikator-indikatorinimudahdihitung dan praktisuntukditerapkandalam program pemantauan yang dipimpin oleh masyarakat. “Denganfokus pada parameter yang mudahdiamati dan diukur, perkakasinimemfasilitasipemantauansatwa liar yang berkelanjutandengankebutuhansumberdaya yang minimal, sehinggadapatdiakses dan berkelanjutanbagikomunitaslokal,” kata Fa
Temuaninimenekankanpentingnyamelibatkanmasyarakatlokaldalampemantauan dan pengelolaansatwa liar. “Denganmemberdayakan para pemangkukepentinganlokaluntukmelacakpopulasi dan kesehatansatwa liar, perkakasinimendorong rasa kepemilikandan tanggungjawab di antaraanggotakomunitas, sertamempromosikanpraktikkonservasi yang efektifdan relevansecarabudaya,” kata Fa. “Pendekataninimengakuiperanpentingpengetahuanlokaldan partisipasinyadalammencapaikeberhasilankonservasijangkapanjang, terutamadi wilayah tropis di mana keanekaragamanhayati sangat kaya dan rentan.”

Gambar gajah dari kamera perangkap. Foto oleh Program SWM
Elemen kuncidari proses iniadalahmemastikankeandalan dan akurasi data yang dikumpulkandaripernyataanpara pemburu. “Pengetahuan dan pengamatan para pemburu sangat berharga, namunadatantangan yang melekatdalammenstandarkan dan memverifikasi data tersebut di antaraindividu dan komunitas yang berbeda,” kata Fa. “Membangunkepercayaan dan menetapkansalurankomunikasi yang efektifdengan para pemburulokaladalahlangkah-langkahpentinguntukmengatasihambatanini—menyorotipentingnyaketerlibatankomunitas dan salingmenghormatidalamproyekkonservasi.”
Para penelitimenganjurkanuntukmemperluaspendekataninike wilayah tropislainnya, denganmenyesuaikanindikator-indikatortersebutkeberbagaikonteksekologi. Mereka juga menyerukanintegrasimetode-metodeinikedalam strategi konservasi yang lebihluas, termasukpembentukan zona penggunaankomunitas dan perlindungankonektivitasekologidalamskalabesar.
“Denganmemanfaatkankeahlianmasyarakatlokal dan menggunakanindikator-indikatorsederhanaini, kitadapatmembuatkemajuansignifikandalammelestarikansatwa liar dan menjagakeseimbanganekologi di hutan-hutantropis,” kata penulisutamastudi, Davy Fonteyn, yang memimpinpenelitianiniselamaposisipascadoktoralnyadi French Agricultural Research Centre for International Development (CIRAD) dalam Program Pengelolaan Satwa Liar Berkelanjutan (SWM).
“Proses penelitianinimenyorotinilaidaripendekatan yang adaptif dan inklusif,” kata Fa. “Ini menunjukkanbahwakonservasi yang efektiftidakhanyamemerlukankeahlianilmiah, tetapi jugaperlupartisipasiaktif dan pemberdayaandaripenduduk yang tinggal dan bergantung pada ekosistemini.”









