LANGUAGE

Cari artikel

Pemantauan lapangan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan mangrove di Cagar Alam Coringa, India

EN, ID
4 menit baca
Kehidupan, perubahan iklim, dan konservasi di pesisir Andhra Pradesh
Mangrove di Cagar Alam Coringa. Foto oleh Samakshi Tiwari/CIFOR-ICRAF

Cagar Alam Satwa Coringaterletak di pertemuan Sungai Godavari,sungaiterpanjang di India Selatan, dan TelukBenggala. Denganluas 235 kilometerpersegi di pantai barat Andhra Pradesh, cagaralaminimencakup 40 persendaritutupanmangrove negara bagiantersebut.

Didirikansebagaicagaralam pada tahun 1978, tempatinimenawarkanlokasi yang tepatuntukmempelajarivariabelekologi dan memahamiresponsekologisistemikterhadapperubahaniklim, kenaikanpermukaanlaut, dinamikasedimen, sertafluktuasi pasang surut dan salinitas. Sekelompokkolaboratorlokal,nasional, daninternasionalsaatinisedangbekerjauntukmembangunlokasipemantauanjangkapanjang didaerahtersebut. 

Seekor serigala emas (Canis aureus) di Cagar Alam Coringa. Foto oleh Samakshi Tiwari/CIFOR-ICRAF

Lebihdari 245 spesiesburungtelahtercatat di cagaralamini, termasukburungheringpunggungputih yang terancampunah (Gyps africanus) dan burungheringberparuhpanjang (Gyps indicus). Selain itu, sebanyak 382 spesies ikan dari 98 famili dan 25 ordo telahdidokumentasikan di EkosistemEstuari Sungai Godavari Timur.di mana Coringamerupakanbagian yang takterpisahkan.

Cagar alam mangrovememilikiperanpentingdalammendukungmatapencahariankomunitaslokal, terutamasebagaipembibitanperikanan.Secarakeseluruhan, sekitar 80.000 masyarakatdarilebihdari 40 desabergantung pada sumberdaya yang diambildaricagaralamini. Cagar alamini juga mampumenarikratusanwisatawansetiap hari, termasuksiswasekolahyang datanguntukkunjunganpembelajaran,memanfaatkantrekpapankayumangrove sepanjang 2,3 km dan fasilitasperahuuntukmerasakanekosistemunikinisecaralangsung. Selain itu, mangrove juga menyediakanlayananekosistemlainnyasepertiperlindungandarisiklon dan banjir, pemurnian air dan udara, sertapenyerapankarbon.

Jalur papan yang melintasi Cagar Alam Coringa. Foto oleh Samakshi Tiwari/CIFOR-IC

Cagar Alam Coringaadalahmozaikmenarikdari mangrove alami dan yang telahdirestorasi.DepartemenKehutanan Andhra Pradesh telahsuksesmemulihkan beberapa area yangsebelumnyadiubahmenjadikolamakuakultur. Namun, sepertibanyakhutan mangrove lainnya di seluruh dunia, ekosistemCoringatetapterancam oleh perubahaniklim dan berabagaipermasalahanantropogeniklainnya.

Ujung barat Coringamemanjangkeutarahingga Pelabuhan Kakinada, yang berbatasandengan Pantai Kakinada. Pusat perdagangandan area publikini seringkalimenyumbangpolusiplastik dan kimia yang merusak ekologis cagaralam, sementarapantaialami dan garis pantaijuga menghadapiancamanerosi dan kenaikanpermukaanlaut. 

Sementaraitu, keberadaanpabrik semen dan pabrikpembuatanperahu di sekitarbeberapaanaksungai yang menyuplai air ke Sungai Godavari menyumbangpolusi dan mengancamkeseimbanganekologimuaratersebut. Cagar alamini juga terpengaruh oleh kehadirantanamaneksotik Prosopis, yang tergolonginvasif dan dapatmengubahkondisilingkungan yang pentinguntukpertumbuhanspesiesasli. 

Beberapafaktorini, ditambahdenganperubahanjumlah dan kualitasaliran air daricagaralamberdampaknegatifterhadaplingkunganalamiserta flora dan fauna di dalamnya. Tanda-tandastres dan ketidakseimbanganyang meningkatterlihat di beberapabagiancagaralam, denganlaporanmengenaidegradasi dan kematian mangrove yang signifikanterutama di pantaitimur.

Jaring ikan dan plastik di pantai Coringa. Foto oleh Samakshi Tiwari/CIFOR-ICRAF

Meskipunpenting, hutan mangrove di seluruh dunia menghadapiancamandariberbagaidampaksepertipolusi dan peningkatantingkatkenaikanpermukaanlaut. Informasitentangbagaimanahutan-hutaninimeresponsstresor yang disebabkanmanusia dan alamidalamjangkapendek dan jangkapanjangmasih sangat terbatas. 

Dalam upayamengatasikekuranganinformasiini, sebuah program pemantauanbarutelahdimulaiuntukmengumpulkan dan menganalisis data tentangindikatorekologikesehatan mangrovedalamjangkawaktu yang panjang,gunamembantu para pengeloladalammembuatkeputusan yangtepat dan merencanakanintervensi yang diperlukanPusat PenelitianKehutanan Internasional dan World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) bersamamitrasepertiUS Forest Service (USFS), M S Swaminathan Research Foundation (MSSRF), National Centre for Coastal Research (NCCR), dan DepartemenKehutanan Andhra Pradesh- telahmulaimengumpulkan data langsung di daerahtersebut. Upaya inimerupakanbagiandariprogram Pemantauan Mangrove untukMitigasiPerubahan Iklim di India, di mana studimengenaivegetasi mangrove dan strukturhutan, estimasistokkarbondari mangrove alami dan yang dipulihkan, tingkatsedimentasi, sertafluktuasi pasang surut dan salinitasdiukur di lokasi-lokasi terpilih.

Pengukuran rSET di Cagar Alam Satwa Coringa. Foto oleh Rupesh Bhomia/CIFOR-ICRAF

Informasiinidikumpulkandenganmenggunakan Rod Surface Elevation Tables (rSETs), sensor salinitas dan kedalaman air otomatis, sertamenggunakanprotokolSustainable Wetland Adaptation and Mitigation Program (SWAMP). Lokasi pemantauanjangkapanjang di seluruhcagaralaminididirikan pada bulanDesember 2023. Data iniakansangat bergunadalammengembangkan strategi pengelolaan yang efektifuntukmemastikanketahananterhadapperubahaniklim. 

Lokasi pemantauaninimerupakanbagian (subset)dari 47 rSETs yang didirikan di sepanjangpantaitimur India, dari Sundarbans keBenggala Barat dan Kepulauan Andaman. Pemantauanserupajuga akandimulaidi Taman Nasional Bhitarkanika di Odisha dalambeberapabulanmendatang. Lokasilokasiinidiharapkandapatmemberikaninformasitentanglajusedimentasi dan akibatnya pada ketahananpatch mangrove terhadapkenaikanpermukaanlaut. Informasiiniakanmembantudepartemenkehutananlokal dan penelitidalammengembangkan strategi berbasislokasispesifikuntukmencegahdegradasi mangrove yang disebabkan oleh perubahanlingkungan. Karena mangrove menawarkanbanyaklayananekosistem dan melindungiterhadapsiklon dan banjir, pekerjaaniniakanberkontribusi pada pengembanganketahananpesisir di berbagaiwilayah.