Penduduk desa di Sumatra Selatan memilih kaya dari restorasi mangrove
Proyek SMART membantu membangun bidang usaha lokal yang layak sekaligus melindungi dan memulihkan hutan mangrove

Pada tahun 2022, Abdullah—Ketua Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) Sungsang IV di Sumatra Selatan, Indonesia—didekati oleh seorang pengusaha dari desa tetangga dengan tawaran kontroversial.
Pengusaha tersebut menjanjikan uang yang besar—dan bahkan sebuah mobil!—sebagai imbalan atas sebidang lahan hutan mangrove di desa tersebut, yang rencananya akan ia jual kepada beberapa calon pembeli lahan.
Namun Abdullah menolaknya. Sebab, kelompoknya telah diberi mandat untuk melindungi dan memantau kawasan hutan desa seluas 553 hektare itu untuk jangka waktu 35 tahun. Ketika dia kemudian mengetahui bahwa pengusaha tersebut kini sedang menjalani hukuman penjara karena kasus penipuan, dia merasa semakin yakin bahwa keputusannya yang lalu itu sudah benar.













Bagi Abdullah, proyek restorasi mangrove ini sangat penting karena ia melihat wilayah daratan Sungsang semakin terkikis oleh abrasi dan penebangan mangrove membuat desanya semakin rentan terhadap banjir rob. “Rumah kakek saya yang dulunya tidak pernah banjir, kini sering banjir,” katanya. “Saya jadi memikirkan keselamatan keluarga saya.”
Manfaat jangka panjang dari pemulihan dan perlindungan hutan mangrove merupakan landasan proyek ini, kata Sonya Dyah Kusumadewi, peneliti lainnya di CIFOR-ICRAF. “Perlindungan pesisir, mitigasi perubahan iklim, dan pengurangan risiko bencana, semuanya penting bagi masyarakat pesisir kita,” tegasnya.
Ucapan Terima Kasih
Seluruh kegiatan proyek SMART didanai sepenuhnya oleh Temasek Foundation, sebuah organisasi nirlaba asal Singapura.









